Cinta Ustadz Cilok

judul gambar

Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi pedesaan Kabupaten Sragen, hidup seorang guru Madrasah yang bernama Pak Slamet. Rumahnya adalah warisan dari orangtuanya, sebuah rumah kecil yang sederhana namun penuh kenangan indah. Pak Slamet adalah pria berusia empat puluh tahun, memiliki seorang istri yang setia, dan tiga orang anak yang ceria. Kehidupan mereka tidak mewah, namun penuh kebahagiaan.

Sebagai mata pencaharian, Pak Slamet menjual cilok setiap hari. Dia adalah tukang cilok keliling yang sangat terkenal di desa itu. Setiap pagi, dia akan memasak cilok-cilok lezat dengan resep rahasia neneknya. Dan setiap malam, dia akan menjual cilok-cilok tersebut ke para pelanggan setianya di pasar desa.

Meskipun pekerjaannya sederhana, Pak Slamet adalah seorang yang berpendidikan. Dia pernah mondok di salah satu pesantren salaf di Kabupaten Sragen. Selama bertahun-tahun, dia mendalami ilmu agama dengan tekun. Namun, ketika kembali ke desa halamannya, dia merasa panggilan untuk berbagi ilmu agama kepada generasi muda.

Pak Slamet menjadi ustadz di Madrasah desa setempat. Bayarannya hanya seiklasnya, bahkan beberapa kali hanya diberikan dalam bentuk infak dari para santri yang bersedia memberikan. Dan yang mengejutkan, infak tersebut juga digunakan untuk operasional Madrasah. Namun, Pak Slamet tidak pernah berputus asa.

Setiap hari, meskipun hidup dalam keterbatasan, Pak Slamet dengan semangatnya mengajar para santri. Dia menceritakan kisah-kisah inspiratif dari kehidupan Rasulullah dan memberikan pelajaran agama dengan penuh dedikasi. Santri-santinya sangat menghormati Pak Slamet, bukan hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai sosok yang memberikan contoh hidup yang baik.

Suatu hari, istri Pak Slamet, Ibu Siti, melihat suaminya yang terus berjuang untuk memberikan pendidikan agama kepada para santri. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka selalu bersyukur. Mereka memiliki cinta yang mendalam satu sama lain dan ketiga anak mereka tumbuh dengan nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan oleh orangtua mereka.

Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Pak Slamet duduk di teras rumahnya sambil memandangi langit yang indah. Ia merasa bahagia karena telah memberikan yang terbaik bagi para santri dan keluarganya. Meskipun hidupnya sederhana, cinta, semangat, dan dedikasi yang ia miliki telah membuatnya merasa kaya dalam arti yang sebenarnya.

Kisah seorang guru Madrasah dengan pekerjaan sehari-hari menjual cilok ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu diukur dengan harta materi. Terkadang, kebahagiaan sejati bisa ditemukan dalam kehidupan sederhana, dalam cinta, dan dalam berbagi ilmu serta nilai-nilai yang baik kepada generasi berikutnya. Pak Slamet adalah contoh nyata bahwa meskipun kita memiliki keterbatasan, kita dapat membuat perbedaan besar dalam hidup orang lain dengan dedikasi dan semangat yang tulus.

Penulis: Tim Narasi LTN NU SragenEditor: Jokowa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *