nusragenonline.com- Kisah pengusiran serdadu Jepang dari bumi Garahan, Jember tak lepas dari keberanian dan karomah Kiai As’ad Syamsul Arifin Situbondo selaku Komandan Hizbulloh Kawasan Timur Indonesia. Saat itu, begitu pasukan gerilya tiba di markas serdadu Jepang, Kiai As’ad langsung menemui komandan serdadu negara matahari terbit itu, dan memberi ultimatum; SEGERA ANGKAT KAKI ATAU DIHANCURKAN !!!.
Namun dia rupanya masih berkelit, bahkan minta waktu 3 bulan untuk pergi. Kiai As’ad tidak mau dikibuli, beliau hanya memberi waktu 3 hari pada Jepang untuk pulang ke negaranya.
Hari ketigapun tiba, Kiai As’ad kembali menemui komandan Jepang. Tapi dia masih belum juga mau pergi dengan beragam alasan.
PLAK !!! Tiba-tiba tamparan Sang Kiai mendarat mulus di pipinya. Tak hanya itu, Kiai As’ad juga menggebrak meja di depan sang komandan hingga terbelah jadi dua.
Ini menunjukkan betapa Kiai As’ad mempunyai wibawa dan keberanian yang luar biasa. Bisa dibayangkan, seorang komandan yang begitu dihormati anak buahnya, tiba-tiba ditampar di depan mereka, dan dia tidak melawan. “Itu karena Kiai As’ad biasa berpuasa, tirakat sehingga mudah mendapatkan pertolongan dari Allah,” demikian KH Muhyiddin Abdush Shomad memungkasi kisahnya…

“karomah waliyullah serta pahlawan nasional Khr. As’ad Syamsul Arifin, Situbondo”
Pasir Jadi Dentuman Senjata
Ketika mengadakan gerilya, beberapa pejuang tampak membawa pasir. Konon, pasir itu adalah pemberian dari Kiai As’ad kepada para pejuang itu. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara Belanda atau di jalan yang akan banyak dilewati tentara Belanda.
Aneh, suatu keajaiban terjadi. Puluhan tentara Belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Padahal, saat itu para pejuang tidak membawa senjata api. Bagaikan mendapatkan rejeki nomplok, para pejuang itu seakan berpesta pora dan memunguti satu per satu senjata-senjata yang ditinggal Belanda itu.
Dalam kesempatan lain, sebanyak 50 anggota Laskar Sabilillah mohon jaza’ kepada Kiai As’ad ke Sukorejo sebagai bekal untuk berjuang melawan Belanda. Pertama-tama yang ditanyakan oleh Kiai As’ad adalah keteguhan mereka untuk berjuang. “Apakah kalian betul-betul ingin berjuang?” tanya Kiai As’ad.
“Kami memang ingin berjuang, Kiai, asalkan kami diberi azimat,” jawab pemimpin rombongan.
“Oh, itu gampang,” jawab Kiai As’ad. “Be en entar bungkol, moleh bungkol (kamu berangkat perang utuh, pulang pun utuh).”
Lalu Kiai As’ad mengambil air putih dan menyuruh mereka meminumnya sambil membaca sholawat. Setelah itu Kiai As’ad berpesan, “Kalian tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan. Terus maju, jangan mundur. Kalau maju terus dan tertembak mati, kalian akan mati syahid dan masuk surga. Tapi, bila kalian mundur dan tertembak, kalian akan mati dalam keadaan kafir.
Sumber :Fb. Ulama Nusantara