SRAGEN, Nusragenonline – Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Sragen telah sukses menggelar kegiatan Ndadak Nembang yang berlangsung di rumah dinas Wakil Bupati Sragen, Ahad (09/09). Sebanyak 25 guru Ma’arif dari Kabupaten Sragen berpartisipasi dalam acara tersebut.
Kegiatan ini bertujuan utama untuk melestarikan seni budaya Jawa yang bernama tembang macapat, sebuah warisan budaya yang telah ada sejak lama dan kini perlahan-lahan terkikis oleh budaya pop modern. Tembang macapat memiliki nilai-nilai luhur yang dapat menjadi panduan berharga bagi masyarakat.
Ketua Lesbumi Sragen, Khoiron Alayyubi, menjelaskan, “Tembang macapat adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang harus kita jaga dengan baik. Melalui kegiatan Ndadak Nembang, kami berharap para guru Ma’arif dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian tembang macapat.”
Dalam rangkaian Ndadak Nembang, para peserta diberikan pemahaman mendalam mengenai dasar-dasar tembang macapat, termasuk kaidah-kaidahnya, jenis-jenisnya, dan maknanya. Mereka juga diajak untuk praktek dengan melantunkan tembang-tembang macapat yang telah dipelajari.
Salah satu peserta, Ahmad Syarifuddin, seorang guru di MTs Ma’arif Gesi, menyampaikan, “Saya sangat senang bisa ikut dalam kegiatan ini. Meskipun ini pertama kali saya belajar tembang macapat, saya merasa sangat tertarik. Tembang macapat ternyata sangat indah dan penuh makna.”
Para peserta berharap bahwa Ndadak Nembang ini akan menjadi langkah awal yang baik untuk membangkitkan minat generasi muda terhadap tembang macapat. Mereka juga berkomitmen untuk terus mempelajari dan mengajarkan tembang macapat kepada siswa mereka.
Ahmad menambahkan, “Saya akan terus belajar tembang macapat dan berbagi pengetahuan ini kepada siswa-siswa saya. Saya berharap mereka juga akan mencintai tembang macapat dan bersama-sama kita dapat melestarikannya.”
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sragen, KH. Sriyanto, M.Pd.I, memberikan apresiasi besar kepada Lesbumi Sragen atas peran aktifnya dalam menjaga tradisi tembang macapat. Beliau menyampaikan apresiasi ini saat menghadiri acara Ndadak Nembang yang diselenggarakan oleh Lesbumi Sragen di Gedung PCNU Sragen pada Kamis, 07 September 2023.
“Kami mengapresiasi Lesbumi Sragen yang konsisten dalam melestarikan tradisi tembang macapat. Tembang macapat adalah warisan budaya yang sarat makna adiluhung,” kata KH. Sriyanto.
Beliau juga mengungkapkan bahwa tembang macapat merupakan inti ajaran Islam yang disampaikan melalui karya-karya agung yang masih relevan hingga hari ini.
“Tembang macapat dapat menjadi alat dakwah yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam yang penuh rahmat,” tambahnya.


Khoiron Alayyubi, selaku Ketua Lesbumi Sragen, menegaskan bahwa organisasinya akan terus berupaya melestarikan tradisi-tradisi adiluhung, tidak hanya tembang macapat, tetapi juga berbagai bentuk seni lainnya yang mengandung nilai-nilai adiluhung yang berharga.
“Kami akan terus mengadakan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan tradisi-tradisi berharga ini kepada masyarakat,” ucap Khoiron.
Dalam acara Ndadak Nembang tersebut, peserta berhasil memukau hadirin dengan berbagai macam tembang macapat, termasuk tembang maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, gambuh, dhandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh agama, budaya, dan masyarakat. Lesbumi berharap bahwa keberhasilan Ndadak Nembang ini akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam pelestarian tradisi-tradisi berharga ini dengan semangat Islami.